![]() |
Walikota Depok |
EkoKuntadhi.id - Sebagai warga Depok, saya
bangga akan kejeniusan Walikota saya. Daya pikirannya melampauai planet Tautatis.
Ini yang membuat Depok sebagai salah satu kota yang diperkirakan menjadi tempat
turunnya bidadari ketika mau mandi di sungai.
Depok memang
macet. Kemacetannya tergolong level biadab. Kalau berkendara di jalanan Depok,
dibutuhkan mental prima. Selain lubang jalan berceceran, polisi tidur yang
malas bangun, sampai angkotnya yang ngepot gak ketulungan.
Tapi rakyat
Depok tidak ada yang stress. Sebab stress adalah perbuatan yang diharamkan agama.
"Jaman Nabi dulu gak ada orang stress karena macet," kata mereka.
"Jadi
kalau ada orang stress karena macet itu perbuatan bid'ah. Dan bid'ah dekat ke
neraka".
Tapi jalanan
di Depok tetap macet? Jangan salahkan jalannya. Salahkan kenapa kendaraannya banyak.
Kalau jalannya sedikit, kendaraan juga sedikit, gak akan macet. Kalau jalanan
sedikit kendaraannya banyak, pasti macet. Itu sunnatullah.
Sebagai
manusia beriman kita tidak bisa melawan sunatullah. Masuk neraka resikonya.
Jalan satu-satunya adalah berdoa yang khusyuk. Bangun pada sepertiga malam.
Doakan agar jalanan gak macet. Walikota yang baik, adalah orang yang mampu
mendoakan jalanan gak macet. Hanya orang PKS yang sanggup jalani itu.
Ingat Depok
ini adalah kota PKS. Bahkan orang seluruh Indonesia tahu, oleh-oleh khas Depok
adalah gantungan kunci logo PKS.
Di Depok,
kamu lebih susah mencari perempuan pakai bando ketimbang mencari perempuan
bercadar. Sebab kota yang dirahmati ini tidak banyak penjual bando berkeliaran.
Anak-anak
perempuan usia PAUD di Depok belajar memakai pakaian yang menutupi dirinya dari
sinar matahari. Mungkin mereka akan kekurangan vitamin D, tapi apa untungnya
vitamin dibanding api neraka yang membakar setiap helai rambut mereka.
Maka di Depok
hari ini, motorpun berjenis kelamin. Tidak boleh ada motor bencong, yang
kelaminya gak jelas. Parkir motor perempuan berbeda dengan motor lelaki. RX
King dilarang berdekatan dengan Honda Beat. Bukan muhrimnya!
Waktu
kampanye dulu, PKS menjanjikan motor gak bayar pajak. PKS punya beberapa Gubernur
dan pemimpin daerah. Apakah rakyat NTB atau Sumbar nanti akan dibebaskan pajak
motornya?
Tidak semudah
itu, Ferguso. Kampanye adalah brosur. Gak harus ditepati. Lagian sebagai
rakyat, baru dijanjiin gitu doang aja diambil ati sih. Namanya juga brosur agar
PKS dicoblos. Gak serius kok.
Kembali pada
ide Walikota Depok yang brilian itu. Kasih sayangnya sama warga Depok sangat
kentara. Jalanan memang macet biadab. Walikota tidak berfikir menyelesaikan
kemacetannya. Tapi bagaimana mengurangi stress karena macet.
Caranya: stel
lagu di lampu merah.
Lagu apa?
Bukankah di PKS musik itu gak boleh?
Tenang. Ada
nasyid. Suara cowok-cowok nyanyi bersama dududu, dadada, akan diperdengarkan di
lampu merah. Isi lagunya mungkin nasihat tentang kesabaran. Sabarlah menghadapi
kemacetan.
Mungkin ada
juga lagu soal haramnya pacaran. Para mahasiswa dan mahasiswi yang pacaran naik
motor akan resah begitu tiba di lampu merah. Lagu soal haramnya pacaran
mendayu-dayu. Menusuk-nusuk hati mereka.
"Mas,
nanti malam halalin aku ya. Halalin aku. Aku gak mau kita disindir lampu merah
terus. Dosa, mas. Dosa," rajuk perempuannya. Esoknya mereka putus.
"Masih
semester dua udah minta kawin," ujar cowoknya sebel. "Duit jajan gue
aja masih minta orang tua."
Bagaimana
dengan penumpang Gojek atau Grab perempuan. Apa mereka minta dihalalin juga
sama supirnya? Wah, untung besar para supir online nih.
Inilah Depok.
Dengan segala pesonanya. Inilah kota, tempat 72 bidadari turun dari surga untuk
menumpang mandi.
Kata bidadari
itu. "Kalau ada sumur di Depok. Bolehlah kita menumpang mandi..."
"Emang
di surga gak ada kamar mandi, mas?," tanya Abu Kumkum.
Lagi kemarau
kale, Kum.
Bambang
Kusnadi ikutan komentar. "Mas, saya gak bisa membayangkan penderitaanmu.
KTP Depok, ketemu Walikota kayak gini. Terus tiap hari kerja di Jakarta. Ketemu
Anies...hahahahaha," tawanya pecah.
Bangke, lu!
0 komentar