Pada Jumat Agung ini, Alhamdulillah, saya bisa Jumatan di mesjid sekitar rumah. Maklum libur Paskah. Mengenakan kain sarung, kopiah, dan menyelempangkan sajadah di pundak. Saya menikmati udara siang diantara jemaah yang saling membagi senyum. Para tetangga yang jarang bertemu muka, karena masing-masing sibuk sendiri.
Khatib yang berkotbah masih muda. Suaranya pelan tapi mantap, Saya tentu berharap mendapat sedikit siraman ruhani Jumat ini. Setidaknya memberikan kesejukan pada siang hari yang agak mendung. Khatib berkotbah mengenai berbagai hukum Islam, tentu menurut telaahannya. Sampai pada sebuah kesimpulan : musik dan alat musik haram dalam Islam. Siapa saja yang menggunakan barang haram, hukumannya adalah neraka.
Sang Khatib melanjutkan kotbahnya. Foto dan melukis gambar, haram dalam Islam. Siapa saja yang menggantungkan foto atau gambar, apalagi membuatnya, akan terkena hukum Tuhan. Saya yang sedari tadi mengharapkan kesejukan, mulai mengernyitkan dahi. Lalu berfikir, apa yang disebutkan sang khatib, mirip dengan apa yang diharamkan penguasa Taliban di Afganistan.
Di tengah-tengah khotbah itu, saya jadi teringat Film Kandahar yang pernah saya saksikan. Film itu menceritakan mengenai kehidupan kaum perempuan Afganistan pada jaman Taliban berkuasa. Mereka hidup seperti dalam penjara. Pakaiannya adalah penjara. Rumahnya adalah penjara. Atau Film Osama, tentang seorang gadis yang terpaksa menyamar jadi lelaki agar hidupnya tidak terkekang. Dia menyamar justru agar bisa membantu menjaga toko untuk mendapatkan segenggam roti bagi keluarganya. Tergambar dalam film itu, bagaimana suramnya suasana. Tidak terdengar suara musik. Foto dan lukisan diberangus. Tukang cukur kehilangan pelanggan, karena mencukur kumis dan jenggot juga diharamkan. Dengan kata lain semua keindahan diberangus.
Saya juga pernah membaca novel judulnya The Kite Runner, tentang seorang anak Afganistan yang kemudian migrasi ke AS. Kebetulan pernah juga menyaksikan film-nya. Selain musik, foto dan lukisan, dan cukur jenggot penguasa Taliban juga mengharamkan permainan layang-layang. Untung saja sang khatib Jumat tidak sampai pada kesimpulan, bermain layang-layang hukumnya adalah haram.
Tentu, saya bukan ahli agama. Saya tidak punya hujjah yang kuat untuk menolak haramnya musik, foto dan lukisan seperti yang di kotbahkan itu. Tapi, jika benar demikian, betapa sunyinya orang yang akan khusyuk beragama. Betapa muramnya kehidupan yang ditawarkan sang khatib. Bagaimana dengan Jalaluddin Rumi, ulama besar, ahli tarekat, yang mencintai musik dan puisi itu? Atau pelukis Danarto yang juga mengikuti jalan sufi itu?
Saya menatap lagi ustad muda di depan mimbar Jumat itu. Saya berfikir sudah sejauh mana pandangan seperti ini masuk dalam pemahaman orang? Apakah memang kita harus hidup sunyi dan sepi untuk berada di jalan lurus? Apakah beragama secara serius akan berkonsekuensi jadi begitu muram? Pelan-pelan saya melipat sajadah. Dan bergeser ke luar masjid. Untung saja, di depan komplek perumahan ada Mesjid lain. Saya berharap kutbah khatibnya jauh lebih menyegarkan.
Mungkin saya salah dengan pergi meninggalkan mesjid di tengah kutbah berlangsung, dan menuju mesjid lain untuk menuntaskan ibadah Jumat ini. Tapi, apakah saya tidak bisa memilih kutbah yang membuat saya lebih adem? Hingga saya tidak terbayang-bayang hidup seperti di Afganistan pada jaman Taliban?
Ya Allah, maafkanlah, saya masih suka mendengar Garry Moore, Evie Tamala, Gigi, Bethoven atau Michael Frank. Kadang menikmati Linking Park dan Kitaro. Saya masih suka mendatangi pameran lukisan. Atau senang memandang hasil jepretan foto-foto indah. Tapi, saya tidak lantas pulang, kan? Saya masih mencari mesjid lain untuk tetap sholat Jumat dengan materi kotbah yang berbeda...
KOTBAH JUMAT AGUNG
Related Post
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tulisan Populer
-
Komentar MUI EkoKuntadhi.id , Jakarta - Menyangkal sebuah kejadian yang terang benderang, tidak akan pernah memyelesaikan masalah. Apal...
-
Demo di Bolivia EkoKuntadhi.id , Jakarta - Indonesia punya FPI. Bolivia punya FPK (Front Pembela Kristen). Saat ini, negeri di benua ...
-
Awas Provokasi Jakarta - Sebuah video viral. Isinya ceramah Jakfar Alatas, entah dimana. Ia minta jemaahnya menyiapkan senjata untuk be...
-
Front Pembela Islam EkoKuntadhi.id - Kayaknya Rocky Gerung sukses menularkan pikirannya. Semua persoalan dimuarakan ke Jokowi. Soal pe...
-
Agnes Monica Jakarta - Ada teman yang hubungi saya. Menanyakan, kenapa saya malah sibuk membahas Miyabi. Padahal yang sedang ramai adal...
-
Demonstran 212 Jakarta - Gak ada ujan. Gak ada angin. Orang berduyun-duyun ke Monas. Tidak ada momen politik. Tidak ada peristiwa apa-a...
-
FPI EkoKuntadhi.id - Jujur, saya gak habis pikir jika pemerintah nanti memperpanjang izin FPI. Untuk memperpanjang izin sebuah ormas ...
-
Persahabatn EkoKuntadhi.id , Jakarta - Ada teman yang menasehati tentang ucapan salam. "Mengucapkan salam itu hukumnya sunah. Menj...
-
Media Menurut data Bappenas, proyeksi angka kematian di Indonesia pada 2019 itu sejumlah 1,8 juta setahun atau sekitar 0,65% dari 260 ju...
-
Keberagaman EkoKuntadhi.id , Jakarta - MUI Jatim baru saja keluarkan statemen, salam dengan menggunakan ucapan semu...

0 komentar